Rabu, 24 Juni 2009

Budaya Membaca dan Buku

Siapa diantara kita yang tidak bisa membaca? Jawabaannya sudah jelas, kita mahasiswa, pasti bisa baca dan tulis kan. Hanya yang jadi masalah, kita tidak suka membaca.

Sebenarnya sudah bukan waktunya kita diingatkan akan pentingnya membaca. Kita sudah mahasiswa, dan sebenarnya tahu akan kebutuhan itu. Buktinya ketika kita dibanjiri tugas, secara otomatis yang dilakukan adalah mencari buku! Browsing! Cari artikel! Berarti secara tidak langsung, kita sadar bahwa informasi itu kita dapat dari buku dan artikel-artikel yang kita baca itu.
Sayangnya, kenapa sebagian besar mahasiswa jadi suka membaca di saat-saat tertentu saja (saat ada tugas dan ujian). Bagaimana dengan pengetahuan lainnya yang juga butuh untuk diketahui.

Budaya membaca sedang ditanamkan oleh Indonesia, sebagai wujud kesadaran pemerintah akan pentingnya membaca, dan pentingnya pengembangan wawasan pada generasi muda. Proyek ini sudah lama dilaksanakan, dan saat ini terus dikembangkan untuk daerah-daerah terpencil. Program ini baik, dimaksudkan untuk menanamkan cinta membaca sejak usia anak-anak. Senang juga ketika mendengar bahwa pemerintah Indonesia mengadakan program buku gratis dan buku murah bagi anak sekolah.

Membaca akan membuat kita menerima informasi terus-menerus. Mengetahui hal-hal baru yang akan menjadi perbendaharaan pengetahuan kita. Membaca juga akan mempengaruhi pola pikir kita. Nah, di sini kita harus berhati-hati.

Pernah mendengar pepatah ini : apa yang kamu tulis adalah apa yang kamu baca. Itu artinya segala sesuatu yang kita baca akan tertanam dalam pikiran kita, karena membaca akan memberikan informasi pada kita, dan kemudian akan membentuk pola pikir kita. Pola pikir kita akan tampak pada tulisan yang kita buat, karena tulisan mencerminkan apa yang dipikirkan oleh si penulis.

Sekali lagi, budaya membaca dan cinta baca adalah budaya yang baik. Namun budaya dan kesukaan itu harus diimbangi juga dengan kehati-hatian dalam memilih bacaan.
Pada kenyataannya, tidak sedikit buku yang mengajarkan paham-paham yang tanpa disadari akan mempengaruhi kita. Bukankah sayang sekali jika program “cinta baca” yang dilaksanakan sejak dini akhirnya berhasil membentuk generasi cinta baca, namun buku- buku yang dijual dan akhirnya dibaca malah dapat menanamkan hal-hal yang salah.

Pahami dan mengerti akan kebenaran dapat membantu kita memilih buku mana yang baik. Mengerti akan kebenaran juga membuat kita peka menangkap informasi yang kita dapatkan, tidak hanya dari membaca, namun dari berbagai media.
Selamat mengembangkan wawasan.

Belajar-Mengajar di Perguruan Tinggi: Redefinisi Makna Kuliah

Belajar merupakan hak semua orang. Tetapi belajar di perguruan tinggi, merupakan kebanggan tersendiri dan tidak semua orang mendapatkan kesempatan tersebut. Adanya pengakuan formal dari masyarakat terhadap lulusan perguruan tinggi merupakan salah satu kebanggaan tersebut. Namun, seharusnya mereka yang memutuskan untuk masuk ke perguruan tinggi, didasarkan pada kesadaran akan minat dan tujuan individual mereka masing-masing. Hal ini diperlukan agar dalam proses belajar nantinya, mereka tidak hanya sekedar masuk dan kuliah tetapi juga memiliki usaha lebih untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapainya. Dengan begitu, mereka yang belajar di perguruan tinggi mempunyai kepribadian kesarjanaan yang hanya dimiliki oleh mereka.

Namun, pada kenyataannya, mahasiswa cenderung tidak memiliki tujuan dan rencana yang jelas di masa depan untuk belajar di perguruan tinggi sehingga hanya mengikuti alur kuliah yang harus dia tempuh tanpa ada pendalaman dalam setiap proses yang dia lewati. Bukan hanya tujuan yang samar dan tidak memiliki batasan waktu dan prosedur yang jelas untuk mencapainya. Walaupun begitu, semua tujuan masing-masing individual akan dicapai dengan proses belajar-mengajar di kelas atau biasa disebut dengan kuliah. Makna kuliah seharusnya lebih dalam daripada hanya sekedar datang, duduk, dan dengar dan catat tanpa ada proses berpikir. Kuliah merupakan wadah untuk bertukar informasi antara mahasiswa dan dosen.

Mahasiswa diharapkan memiliki buku panduan yang ditetapkan oleh dosen. Dosen sudah memberikan perencanaan perkuliahan yang disebut silabus, yang berisi tentang sistematika kuliah selama satu semester. Mahasiswa diharapkan minimal sudah membaca materi yang akan dibahas pada saat kuliah berikutnya agar jika ada kekurangan informasi atau ada masalah yang perlu dibahas berkaitan dengan materi tersebut dapat diutarakan pada saat kuliah. Dalam hal ini, diperlukan partisipasi dari mahasiswa dan juga dosen. Mahasiswa dan dosen harus sama-sama aktif untuk menghidupkan suasana kelas.

Pemilihan buku panduan yang tepat juga mempengaruhi keberhasilan proses belajar-mengajar di perguruan tinggi. Tidak harus buku berbahasa asing untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami materi dan meningkatkan kemampuan berbahasa asing. Karena salah-salah memilih buku, mahasiswa malah semakin sulit memahami apa isi dari buku tersebut dan akhirnya hanya menjadi syarat saja tetapi tidak pernah digunakan dengan maksimal. Hal ini dikarenakan kemampuan berbahasa mahasiswa yang minim. Terkadang, menggunakan buku berbahasa Indonesia saja masih sulit untuk memahami sepenuhnya, mahasiswa malah diberi buku bahasa asing yang lebih rumit lagi untuk memahaminya dengan kemampuan berbahasanya yang terbatas.

Dengan tujuan belajar, cara belajar, adanya rencana perkuliahan, buku panduan, dan sistem belajar mengajar yang tepat, diharapkan mahasiswa akan lulus dengan nilai yang memang merupakan hasil penalaran dan pembelajaran yang maksimal, dan tidak hanya sekedar nilai yang bagus di ijazah tetapi tidak diikuti dengan skill dan kemampuan yang sesuai. Lulusan perguruan tinggi seharusnya memiliki kemampuan lebih di atas lembaga-lembaga pendidikan non-formal lainnya. Sehingga perguruan tinggi bukan hanya sebagai tempat untuk memberikan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja, tetapi juga memiliki wawasan, visi, kearifan, dan kepribadian kesarjanaan lainnya.

Maleakhi memilih

Guys,, masih inget artikel di warta Malekhi edisi 19 tanggal 20 Maret 2009?? Hayo,, udah lupa y..?! Okeh, direview dikit. Di situ dikasih judul “Use Ur Right and Vote”. Isinya, apa itu pemilu, proses pemilu yang baru, dengan sistem contreng, permasalahan dalam pemilu dan juga ajakan untuk menggunakan hak pilih.Penting sekali untuk kita berpartisipasi dalam pemilu. Seperti lagu dari band Coklat, 5 menit untuk 5 tahun. Jangan sampai Indonesia jatuh ke tangan pemimpin yang salah!

Tapi,,apa kita udah kenal ama calon-calon pemimpin bangsa kita ini?? Hmmm,,, sekarang, kita mau kenalin capres-cawapresnya ke temen-temen semua. Yang pertama, sesuai no. urut resmi calon, Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto. Megawati lahir di Yogyakarta, 23 januari 1947. Beliau menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, namun tidak selesai. Pada periode 1999-2001, sebagai wakil presiden RI bersama presiden Abdurrahman Wahid. Sedangkan pada periode berikutnya, 2001-2004,naik sebagai presiden RI dan Hamzah Haz sebagai wakilnya.

Pasangan “Mega-Pro Rakyat” ini sepakat untuk berkoalisi karena dianggap memiliki visi misi sama, yaitu ekonomi kerakyatan, keberpihakkan terhadap wong cilik seperti petani, nelayan, buruh, dan lain-lain. Pasangan ini memiliki visi “Gotong royong membangun kembali Indonesia Raya yang berdaulat, bermartabat, adil dan makmur”, dengan misi, 1. menegakkan kedaulatan dan kepribadian bangsa yang bermartabat, 2. mewujudkan kesejahteraan sosial dengan memperkuat ekonmomi kerakyatan, dan 3. menyelenggarakan pemerintahan yang tegas dan efektif.Pada intinya, pasangan capres-cawapres terkaya ini (total ± Rp. 1.911.552.606.953) mengusung ekonomi kerakyatan dengan revitalisasi pasar tradisional. Namun baru sebatas menginventarisasi kebijakan ekonomi yang tidak memihak rakyat kecil, belum sampai pada solusi konkret mengatasi masalah itu.

Untuk pasangan no. urut 2, Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono lebih menonjolkan ekonomi, tetapi masih secara umum. SBY lebih memilih Boediono sebagai wakilnya karena beliau dianggap sebagai seorang muslim yang lurus, jujur, sederhana, konsisten dan toleran, serta pribadi yang cerdas, ulet, pekerja keras, dan bertanggung jawab. Terlebih, Boediono adalah orang yang dianggap jauh dari keinginan mencari muka. Laki-laki kelahiran Blitar, Jatim 25 Februari 1943 ini adalah lulusan Business Economics, Wharton School, University of Pennsylvania, AS (1979) dengan gelar Doctor of Philosophy. Jabatan terakhirnya yaitu Gubernur BI. SBY,calon presiden “termiskin” (kurang dari 10Miliar!), dalam rencana kerjanya mendatang, akan membentuk kabinet presidensial yang amanah, efektif, dan kredibel, bekerja keras untuk rakyat, bukan untuk berpolitik sendiri-sendiri, tidak menyerahkan perekonomian kepada pasar bebas, dan juga membangun pemerintahan yang bersih, tidak dikotori suap, memperdagangkan kekuasaan, dan mencampuradukkan urusan negara dan bisnis negara.

Jusuf Kalla lahir di Bone, Sulawesi Selatan, 15 Mei 1942. Satu-satunya capres asal luar jawa ini lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin Makasar (1967). Beliau pernah menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1999-2000), Menteri Kesejahteraan Rakyat (2001) dan saat ini masih sebagai wakil presiden RI. Ketua umum parai Golkar (2004-2009) iniberpasangan dengan Wiranto. Pria kelahiran Yogyakarta, 4 April 1947 ini pernah menempuh pendidikan militer di Perguruan Tingi Hukum Militer (1996). Pada periode 1999-2000, beliau menjabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.

Indonesia yang adil, mandiri, dan bermartabat adalah visi yang diusung JK-Win, dengan misi: 1. Tercapainya ekonomi bangsa yang mandiri, berdaya saing dan berkeadilan, demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat; 2. Mewujudkan pemerintahan yang bersih berwibawa demokratis dengan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat; 3. Mewujudkan kesejahteraan sosial, ketahanan budaya dan otonomi daerah yang sehat, efisien, dan efektif untuk lebih memantapkan integrasi nasional yang menjamin kebinekhaan; 4. Mewujudkan bangsa yang aman, tenteram, dan damai dengan penegekan hukum dan HAM; 5. Mewujudkan Indonesia yang dihormati dan disegani oleh bangsa-bangsa lain dalam bidang ekonomi dan politik.

Pasangan dengan slogan “lebih cepat lebih baik” ini mengagendakan berbagai kebijakan, diantaranya dalam bidang ekonomi, politik dan hukum, pertahanan dan keamanan, pendidikan, sosial budaya, kesehatan, serta pemuda dan olahraga. Pasangan ini juga berkomitmen untuk bersama-sama menjaga serta membangun NKRI, membangun ekonomi kerakyatan, dan berbagi kewenangan di pemerintah. Berjanji akan melindungi rakyat, mensejahterakan rakyat dengan adil dan makmur. Menyelenggarakan pelayanan pemerintahan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya, dan juga membangun pemerintahan yang kuat dan tegas serta lebih cepat dan lebih baik.

Nah temen-temen, sekarang kita udah lebih tahu apa kiranya yang akan dikerjakan para calon, jika mereka terpilih untuk memegang kendali pemerintahan bangsa ini. Mari kita peduli dengan Indonesia. Kita gunakan hak suara kita pada 8 Juli mendatang. Masa depan bangsa ini ada di tangan kita, yang memilih pemimpin kita sendiri. Jangan lupa, kita doakan para calon agar benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat. Tidak menjadikan Indonesia sebagai objek bisnis pribadi. Doakan juga, Tuhan memilih orang yang tepat sesuai kehendak dan rencanaNya. Okay?! God Bless you all..!!