Kamis, 23 April 2009

Use ur right n vote! (dalam warta MQ 20 Maret 2009)

Guys,uda pada tau kan kalo bentar lagi bakal ada suatu perhelatan akbar yang akan diadakan oleh negara kita tercinta ini!? Yup2! Bentar lagi kita akan melaksanakan PEMILU bagi yang belum ngeh, PEMILU itu merupakan akronim dari Pemilihan Umum yang diadakan oleh negara kita setiap lima tahun sekali untuk menentukan siapakah yang akan memimpin negara kita ini sebagai presiden untuk jangka waktu lima tahun yang akan datang.

Menurut suatu situs ensiklopedi terkemuka, PEMILU diartikan sebagai proses di mana para pemilih memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan yang disini beraneka-ragam, mulai dari Presiden, wakil rakyat di pelbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Dalam Pemilu, para pemilih dalam Pemilu juga disebut konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara.

Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai. Pemenang Pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan ke para pemilih.
tetapi, ada sesuatu yang berbeda dalam even yang seringkali disebut sebagai pesta demokrasi kita kali ini. pada pemilu 9 April mendatang, kita menggunakan suatu system pemilihan yang berbeda. ucapkan selamat tinggal pada metode COBLOS yang selama ini kita anut, karena metode itu sudah tidak lagi kita gunakan. pada PEMILU ini, kita make system CONTRENG, yaitu kita diharuskan untuk mencontreng (memberi tanda centang) pada gambar PARPOL maupun pada nama CALEG yang dipilih.

mungkin hal ini dipandang merupakan solusi yang cukup revolusioner bagi para pencetus gagasan tersebut, tetapi ternyata banyak kendala yang menghadang di depan untuk metode pencontrengan ini. ada beberapa hal yang menjadi permasalahan, yaitu kurangnya sosialisasi dari KPU untuk menjelaskan bagaimana mekanisme pencontrengan dalam PEMILU kali ini yang sudah mempunyai image “nyoblos”. salah satu kasus yang ada terjadi di Kupan, NTT. sebagian besar pemilih di wilayah pedesaan belum paham secara jelas tentang tata cara menggunakan hak suara dalam PEMILU Legislatif 9 April Mendatang. melihat situasi yang ada, tidak menutup kemungkinan akan bermunculannya surat suara yang tidak sah karena ketidak mengertian dari para pemilih nantinya. belum lagi dengan besarnya surat suara yang mungkin akan membuat repot para pemilih, ditambah lagi banyaknya para caleg dimana yang tertera di surat suara hanya deretan namanya saja, jadi semakin membingungkan para pemilih kalo engga ada gambar dari caleg tersebut.

belum lagi dengan adanya isu kalo dibolehkannya pencontrengan dua kali pada satu surat suara (satu di logo PARPOL atu lagi di nama CALEG). menurut info yang beredar KPU pun belum memberikan pernyataan yang jelas mengenai hal ini, karena belum ada perpu yang jelas mengenai mekanisme pemilu ini. hal ini semakin membingungkan pemilih karena simpang siurnya isu.

tetapi dibalik semua kendala yang ada, sebagai warga negara yang baik dan taat kepada pemerintah, sudah menjadi kewajiban kita untuk turut mendukung kelancaran jalannya pesta demokrasi kita ini. untuk itu, ayo guys, kita gunakan hak pilih kita sebaik mungkin (bagi mereka yang dah puna KTP loh, yang belum punya, tunggu ampe puyna yah..), pilih calon yang berkualitas dan menurut kita bisa memimpin negara kita untuk dapat menjadi lebih baik serta yang g kalah penting, takut akan Tuhan.
GOLPUT? g jamaan bro!

Peran pemuda kristen

“Padamu negeri kami berjanji
Padamu negeri kami berbakti
Padamu negeri kami mengabdi
Bagimu negeri jiwa raga kami “

Sewaktu mendengarkan lagu ini dinyanyikan, terasa ada sesuatu yang bergetar di dalam diri . Lirik terakhir yang menjadi pamungkas dalam lagu ini, Bagimu negeri jiwa raga kami, seharusnya memiliki arti yang sangat mendalam bagi kita sebagai warga negara Indonesia tercinta. Ya, bagaimana tidak, sebagai warga negara, sepatutnya kita memberikan yang terbaik guna perkembangan Indonesia. Mengingat lagi apa yang telah dilakukan para pahlawan kemerdekaan dahulu, mereka tidak segan untuk berkorban nyawa agar dapat merenggut kemerdekaan yang telah lama diimpikan oleh bangsa ini. Tak ayal jiwapun tersentak, apa yang telah kulakukan bagi negeriku? apa yang telah kulakukan untuk bangsaku? Apa yang telah kulakukan, sebagai mahasiswa untuk Indonesia?
Di Indonesia ada slogan yang menyatakan Pemuda harapan bangsa atau Maju mundurnya suatu bangsa tergantung pada Pemudanya. Beberapa slogan diatas menunjukkkan bahwa pemuda atau Mahasiswa memang akan menjadi penerus dari generasi sekarang. Generasi sekarang jelas akan termakan usia, Pemuda/Mahasiswa sebagai generasi penerus akan melanjutkan dan memikul segala beban dan akibat dari generasi sekarang. Karena Para Pemuda/Mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan. Diakui atau tidak peran Pemuda/Mahasiswa memang sangat strategis dalam perubahan sosial. Ide-ide Pemuda/Mahasiswa sering dianggap sebagai suara rakyat, karena kedekatan sosial mereka dengan Masyarakat bawah. Pemuda/Mahasiswa juga dianggap sebagai pemecah kebuntuan dan Problem Solver terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dan juga pembawa perubahan ke arah yang lebih baik.
Di mata masyarakat pada umumnya, mahasiswa adalah agen perubahan sosial (agent of social change) karena mahasiswa selaku insan akademis, dipandang memiliki kekuatan intelektual yang lebih sehingga kepekaan dan nalar yang rasional diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan pendidikan dan sosial dimasyarakat. Sehingga sudah menjadi konsekuensi terhadap tuntutan dari seorang mahasiswa untuk mampu mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sebagai suatu kebutuhan pribadi dan masyarakat. Fungsi kontrol sosial yang dimiliki mahasiswa bagi pembangunan diharapkan mutlak demi kemajuan pembangunan.
Seperti halnya kita ketahui bersama, sepuluh tahun yang lalu, sebuah rezim yang telah berkuasa lebih dari 3 dekade diruntuhkan oleh sebuah kekuatan yang bernama Mahasiswa. Sangatlah jelas bahwa mahasiswa adalah kekuatan potensial amat berharga yang dimiliki oleh bangsa ini. Akan tetapi, dengan kekuatan yang dimilikinya, harusnya tidak serta merta membuat mahasiswa menjadi arogan dengan pandangan idealis yang dimiliki, sebaliknya, mahasiswa harus dapat semakin peka terhadap gejolak-gejolak sosial yang terjadi di negara ini, kemudian menggunakan intelektualitas yang dimilikinya untuk dapat ikut berpartisipasi mengatasi problematika yang ada.
Mahasiswa memiliki posisi yang sangat berat namun sangat strategis dan sangat menentukan .Bukan zamannya lagi untuk sekedar menjadi pelaku pasif atau menjadi penonton dari perubahan sosial yang sedang dan akan terjadi, tetapi harus mewarnai perubahan tersebut dengan warna masyarakat yang akan dituju dari perubahan tersebut adalah benar-benar masyarkat yang adil dan makmur.
Seperti halnya telah kita ketahui bersama,Pemilu di negara kita akan diadakan hanya dalam hitungan hari dan kampanye terbuka telah berjalan selama hampir 2 pekan. Peraturan-peraturan telah dibuat mengenai tata cara kampanye yang benar, tetapi masih saja ada oknum-oknum yang entah disengaja atau tidak tetap melanggar ketentuan yang telah ditetapkan itu. Selama berlangsunggnya kampanye tertutup sampai 2hari kampanye terbuka tercatat telah terjadi 134 kasus. Dari kasus-kasus tersebut kasus pemalsuan ijazah ada 11 buah, money politics (uang/barang) ada 33 kasus, kampanye di tempat ibadah/pendidikan/fasilitas negara ada 13 kasus.
Kejadian-kejadian ini juga harus menjadi perhatian kita semua, bagaimana mungkin kita mengharapkan akan mendapatkan pemimpin yang berkualitas apabila parpol-parpol yang mengusungnya masih tidak taat pada peraturan? Disini kita mahasiswa juga harus memberikan kontribusi dengan menjalankan fungsi kotrolnya.
Selain menjalankan fungsi kontrol, kita sebagai mahasiswa juga harus turut berpartisipasi dalam memberikan suara kita dalam pemilu yang akan datang, karena dengan memberikan suara kita, kita juga turut memberikan solusi yang membangun untuk negara kita. Tidak hanya sampai disitu, kita juga telah memberikan kontribusi akan nasib negara kita ini lima tahun ke depan. Bukankah kita semua menginginkan progres yang baik atas negara kita ini? Untuk itu, tidak memberikan suara (GOLPUT) bukanlah sebuah solusi. Karena dengan tidak memberikan suara pada PEMILU, itu berarti kita akan membiarkan negara kita berjalan semakin jauh sendirian.
Satu hal yang kita harus ingat sebagai mahasiswa, khususnya mahasiswa kristen jangan lupa kita melibatkan DIA dalam pengambilan setiap keputusan kita, terutama dalam memberikan suara kita dalam Pemilu ini. Jangan kita terlena dengan janji-janji, sudah saatnya bagi kita mahasiswa kristen untuk bergerak. Janganlah kita menjadi pohon bambu yang bergerak seurut dengan arah angin, hendaknya kita menjadi pohon Oak yang besar,tegar, yang mampu berdiri tegak melawan angin yang menghadang, dengan tidak lupa dengan visi untuk menjadi duta-duta Kristus yang menghadirkan kasih Allah di manapun ditempatkan dan menjadi garam dan terang dunia.

Oleh: ARS
sumber :
http://www.bloggaul.com/faizone/readblog/93988/peran-dan-tanggung-jawab-mahasiswa-dalam-lingkungan-sosial
http://creativezone.multiply.com/journal/item/2




I

world leader VS Christian leader

Apa yang menjadikan sebuah bangsa menjadi maju? Dan apapula yang dapat membawa sebuah bangsa menuju kehancurannya? Mungkin beberapa ada yang menjawab sistem pengendalian negara itu, mungkin ada pula yang mengatakan bahwa hal itu adalah aparatur yang menjalankannya yang berperan penting. Jawaban-jawaban itu tidaklah salah sama sekali. Tetapi apa yang dapat membawa sebuah bangsa maju maupun mundur adalah PEMIMPIN nya.
Menurut George Terry, Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut, menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Dari kedua pengertian diatas dapat kita lihat, pengertian orang secara umum terdiri dari bagaimana cara kita untuk dapat mempengaruhi orang lain agar dapat mencapai tujuan kita pribadi maupun tujuan kolektif yang telah ditetapkan sebelumnya. . Mungkin juga banyak orang yang masih bertanya-tanya, seperti apakah ciri dari seorang pemimpin yang baik itu?
Menurut George R. Terry, pemimpin harus memiliki ciri sebagai berikut :
1. Mental dan fisik yang energik
2. Emosi yang stabil
3.Pengetahuan human relation yang baik
4. Motivasi personal yang baik
5. Cakap berkomunikasi
6. Cakap untuk mengajar, mendidik dan mengembangkan bawahan
7. Ahli dalam bidang sosial
8. Berpengetahuan luas dalam hal teknikal dan manajerial
Masih banyak lagi yang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai ciri-ciri dari seorang pemimpin dengan persepsi mereka masing-masing. Tetapi,seperti apakah sosok seorang pemimpin yang benar itu sebenarnya? Jawaban dari pertanyaan itu hanyalah satu. Yesus Kristus.
Memang benar. Ciri dari seorang pemimpin yang benar (pemimpin kristen) adalah ketika seseorang mejadi semakin serupa dengan Kristus. Salah satu contoh yang nyata dari kepemimpinan Kristus adalah seperti yang Ia nyatakan dalam Yoh 10:11 “I am the good sheperd. The good sheperd lays down his life for the sheep”. Dari satu kalimat ini, sungguh banyak hal yang dapat kita ambil sebagai contoh teladan kepemimpinan Kristus. Dari ayat tersebut, dengan jelas telah dikatakan bahwa seorang pemimpin layaknya seorang gembala yang memimpin domba-dombanya, yang akan menyerahkan jiwanya untuk menjaga dombanya itu.
Seorang gembala disini mempunyai banyak peran terhadap dombanya. Seorang gembala haruslah memimpin, memberi makan, memberikan rasa nyaman, mengoreksi dan melindungi domba-dombanya. Seorang pemimpin kristen hendaknya selalu memberikan makanan pada para dombanya,yang mana makanan tersebut tidak lain adalah Firman Tuhan. (deuteronomy 8:13), pemimpin kristen juga menjaga dan memberikan kesembuhan akan dombanya (yehezkiel 34:16).
kepemimpinan seperti ini banyak juga dikenal dengan Servant Leadership (pemimpin yang melayani) sama seperti apa yang telah dilakukan Tuhan Yesus di bumi, yaitu untuk melayani orang-orang, bukan sebaliknya. Seperti tiu jugalah semestinya ciri pemimpin yang benar, yang mau melayani orang lain, mementingkan kepentingan orang lain dengan prinsip altruisme, serta memberikan yang terbaik untuk orang yang dilayaninya. Pemimpin yang otokratis tidak mau merendahkan dirinya di hadapan pengikutnya, terlebih tidak mau melayani pengikutnya. Ia bahkan tidak memiliki kasih. Sebaliknya, bagi Yesus, pemimpin adalah pelayan bagi pengikut. Bukan penguasa. Kepemimpinan ada bukan untuk memerintah tetapi untuk melayani. Hal tersebut sangat jelas di dalam kalimatnya yang sangat terkenal, “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya.” (Markus 10:43-44) Mungkin tipe kepemimpinan seperti ini amat jarang dipraktekkan karena bertentangan dengan model kepemimpinan konservatif, yang mana pemimpin identik dengan orang yang hidupnya lebih “beruntung” daripada orang yang dipimpinnya.
Memimpin seperti Yesus (lead like Jesus) bukanlah perkara yang mudah tetapi sekaligus juga bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Modalnya cuma satu yakni hati. Yesus mengajarkan kepemimpinan hamba dan melayani, pada intinya, terpusat pada apa yang ada di dalam hati seorang pemimpin. Hati akan menentukan apa yang terlihat keluar.
Ditengah hingar-bingar pemilihan pemimpin negara kita yang sebentar lagi akan berlangsung ini, sudahkah kita memilih pemimpin yang benar? Pemimpin yang akan menentukan nasib bangsa kita lima tahun kedepan? Untuk itu, jadilah bijak dalam memilih dan libatkan DIA dalam pergumulanmu. Apabila pemimpin seperti itu belum tersedia dalam jajaran pilihan kita, maka itu menjadi kewajiban kita kedepan. TRY TO BE ONE.

komunikasi (dalam warta MQ 24april 2009)

Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah produk, atau seberapa kuatnya sebuah kasus hukum, kesuksesan tidak akan pernah diperoleh tanpa penguasaan ketrampilan komunikasi yang efektif. Apakah anda sedang mempersiapkan presentasi, negosiasi bisnis, melatih tim bola basket, membangun sebuah teamwork, bahkan menghadapi ujian akhir gelar kesarjanaan, maka efektifitas komunikasi akan menentukan kesuksesan anda dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Kemampuan anda dalam mengirimkan pesan atau informasi dengan baik, kemampuan menjadi pendengar yang baik, kemampuan atau ketrampilan menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi yang efektif.

Selama berabad-abad banyak sekali komunikator ulung di dunia yang mendapatkan inspirasi dan panduan dari karya-karyanya yang abadi. Karya-karya Shakespeare ternyata mampu memberikan pelajaran-pelajaran yang bernilai tinggi untuk menjadi komunikator yang efektif dan ulung, baik dalam dunia pekerjaan kita maupun dalam kehidupan pribadi kita.

Ada lima komponen atau unsur penting dalam komunikasi yang harus kita perhatikan yaitu: pengirim pesan (sender), pesan yang dikirimkan (message), bagaimana pesan tersebut dikirimkan (delivery channel atau media), penerima pesan (receiver), dan umpan balik (feedback). Kelima hal inilah yang diuraikan dengan amat menarik melalui penggalan-penggalan frase dari karya-karya Shakespeare tersebut. Seperti penggalan syair berikut yang diucapkan oleh tokoh karakter Ulysses yang diambil dari karya Shakespeare yang berjudul Troilus and Cressida yang berbunyi:

No man is the lord of anything, Though in and of him there be much consisting, Till he communicate his parts to others.

Disinilah letak pentingnya kemampuan mengembangkan komunikasi yang efektif yang merupakan salah satu ketrampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan diri kita baik secara personal maupun profesional. Paling tidak kita harus menguasai empat jenis ketrampilan dasar dalam berkomunikasi yaitu: menulis – membaca (bahasa tulisan) dan mendengar – berbicara (bahasa lisan). Bayangkan betapa waktu-waktu kita setiap detik setiap saat kita habiskan untuk mengerjakan setidaknya salah satu dari keempat hal itu. Oleh karenanya kemampuan untuk mengerjakan ketrampilan dasar komunikasi tersebut dengan baik mutlak diperlukan demi efektifitas dan keberhasilan kita.

Menurut Stephen Covey, justru komunikasi merupakan ketrampilan yang paling penting dalam hidup kita. Kita menghabiskan sebagian besar jam di saat kita sadar dan bangun untuk berkomunikasi. Sama halnya dengan pernafasan, komunikasi kita anggap sebagai hal yang otomatis terjadi begitu saja, sehingga kita tidak memiliki kesadaran untuk melakukannya dengan efektif. Kita tidak pernah dengan secara khusus mempelajari bagaimana menulis dengan efektif, bagaimana membaca dengan cepat dan efektif, bagaimana berbicara secara efektif, apalagi bagaimana menjadi pendengar yang baik. Bahkan untuk yang terakhir, yaitu ketrampilan untuk mendengar tidak pernah diajarkan atau kita pelajari dalam proses pembelajaran yang kita lakukan baik di sekolah formal maupun pendidikan informal lainnya. Bahkan menurut Covey, hanya sedikit orang yang pernah mengikuti pelatihan mendengar. Dan sebagian besar pelatihan tersebut adalah teknik Etika Kepribadian, yang terpotong dari dasar karakter dan dasar hubungan yang mutlak vital bagi pemahaman kita terhadap keberadaan orang lain.

Stephen Covey menekankan konsep kesalingtergantungan (interdependency) untuk menjelaskan hubungan antar manusia. Unsur yang paling penting dalam komunikasi bukan sekedar pada apa yang kita tulis atau kita katakan, tetapi pada karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan pesan kepada penerima pesan. Jika kata-kata ataupun tulisan kita dibangun dari teknik hubungan manusia yang dangkal (etika kepribadian), bukan dari diri kita yang paling dalam (etika karakter), orang lain akan melihat atau membaca sikap kita. Jadi syarat utama dalam komunikasi efektif adalah karakter yang kokoh yang dibangun dari fondasi integritas pribadi yang kuat.

Kita bisa menggunakan analogi sistem bekerjanya sebuah bank. Jika kita mendeposito-kan kepercayaan (trust) kita, ini akan tergambar dalam perasaan aman yang kita miliki ketika kita berhubungan dengan orang lain. Jika saya membuat deposito di dalam rekening bank emosi dengan Anda melalui integritas, yaitu sopan santun, kebaikan hati, kejujuran, dan memenuhi setiap komitmen saya, berarti saya menambah cadangan kepercayaan Anda terhadap saya. Kepercayaan Anda menjadi lebih tinggi, dan dalam kondisi tertentu, jika saya melakukan kesalahan, anda masih dapat memahami dan memaafkan saya, karena anda mempercayai saya. Ketika kepercayaan semakin tinggi, komunikasi pun mudah, cepat, dan efektif.

Covey mengusulkan enam deposito utama yang dapat menambah rekening bank emosi dalam hubungan kita dengan sesama:


Berusaha benar-benar mengerti orang lain.

Ini adalah dasar dari apa yang disebut emphatetic communication- komunikasi empatik. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita biasanya ”berkomunikasi” dalam salah satu dari empat tingkat. Kita mungkin mengabaikan orang itu dengan tidak serius membangun hubungan yang baik. Kita mungkin berpura-pura. Kita mungkin secara selektif berkomunikasi pada saat kita memerlukannya, atau kita membangun komunikasi yang atentif (penuh perhatian) tetapi tidak benar-benar berasal dari dalam diri kita.

Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik, yaitu melakukan komunikasi untuk terlebih dahulu mengerti orang lain – memahami karakter dan maksud/tujuan atau peran orang lain.

Kebaikan dan sopan santun yang kecil-kecil begitu penting dalam suatu hubungan – hal-hal yang kecil adalah hal-hal yang besar.

Memenuhi komitmen atau janji adalah deposito besar; melanggar janji adalah penarikan yang besar.

Menjelaskan harapan. Penyebab dari hampir semua kesulitan dalam hubungan berakar di dalam harapan yang bertentangan atau berbeda sekitar peran dan tujuan. Harapan harus dinyatakan secara eksplisit.

Meminta maaf dengan tulus ketika Anda membuat penarikan.


Memperlihatkan integritas pribadi.

Integritas pribadi menghasilkan kepercayaan dan merupakan dasar dari banyak jenis deposito yang berbeda. Integritas merupakan fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif. Karena tidak ada persahabatan atau teamwork tanpa ada kepercayaan (trust), dan tidak akan ada kepercayaan tanpa ada integritas. Integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran (honesty). Kejujuran mengatakan kebenaran atau menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas adalah menyesuaikan realitas dengan kata-kata kita. Integritas bersifat aktif, sedangkan kejujuran bersifat pasif.

Setelah kita memiliki fondasi utama dalam membangun komunikasi yang efektif, maka hal berikut adalah kita perlu memperhatikan 5 Hukum Komunikasi Yang Efektif (The 5 Inevitable Laws of Efffective Communication) yang dikembangkan dan rangkum dalam satu kata yang mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri yaitu REACH, yang berarti merengkuh atau meraih. Karena sesungguhnya komunikasi itu pada dasarnya adalah upaya bagaimana kita meraih perhatian, cinta kasih, minat, kepedulian, simpati, tanggapan, maupun respon positif dari orang lain.


Hukum # 1: Respect

Hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi yang efektif adalah sikap menghargai setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang kita sampaikan. Rasa hormat dan saling menghargai merupakan hukum yang pertama dalam kita berkomunikasi dengan orang lain. Ingatlah bahwa pada prinsipnya manusia ingin dihargai dan dianggap penting. Jika kita bahkan harus mengkritik atau memarahi seseorang, lakukan dengan penuh respek terhadap harga diri dan kebanggaaan seseorang. Jika kita membangun komunikasi dengan rasa dan sikap saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang menghasilkan sinergi yang akan meningkatkan efektifitas kinerja kita baik sebagai individu maupun secara keseluruhan sebagai sebuah tim.

Bahkan menurut mahaguru komunikasi Dale Carnegie dalam bukunya How to Win Friends and Influence People, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa ”Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai.” Dia mengatakan ini sebagai suatu kebutuhan (bukan harapan ataupun keinginan yang bisa ditunda atau tidak harus dipenuhi), yang harus dipenuhi. Ini adalah suatu rasa lapar manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Lebih jauh Carnegie mengatakan bahwa setiap individu yang dapat memuaskan kelaparan hati ini akan menggenggam orang dalam telapak tangannya.

Charles Schwabb, salah satu orang pertama dalam sejarah perusahaan Amerika yang mendapat gaji lebih dari satu juta dolar setahun, mengatakan bahwa aset paling besar yang dia miliki adalah kemampuannya dalam membangkitkan antusiasme pada orang lain. Dan cara untuk membangkitkan antusiasme dan mendorong orang lain melakukan hal-hal terbaik adalah dengan memberi penghargaan yang tulus. Hal ini pula yang menjadi satu dari tiga rahasia manajer satu menit dalam buku Ken Blanchard dan Spencer Johnson, The One Minute Manager.


Hukum # 2: Empathy

Empati adalah kemampuan kita untuk menempatkan diri kita pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Secara khusus Covey menaruh kemampuan untuk mendengarkan sebagai salah satu dari 7 kebiasaan manusia yang sangat efektif, yaitu kebiasaan untuk mengerti terlebih dahulu, baru dimengerti (Seek First to Understand – understand then be understood to build the skills of empathetic listening that inspires openness and trust). Inilah yang disebutnya dengan Komunikasi Empatik. Dengan memahami dan mendengar orang lain terlebih dahulu, kita dapat membangun keterbukaan dan kepercayaan yang kita perlukan dalam membangun kerjasama atau sinergi dengan orang lain.

Rasa empati akan memampukan kita untuk dapat menyampaikan pesan (message) dengan cara dan sikap yang akan memudahkan penerima pesan (receiver) menerimanya. Oleh karena itu dalam ilmu pemasaran (marketing) memahami perilaku konsumen (consumer’s behavior) merupakan keharusan. Dengan memahami perilaku konsumen, maka kita dapat empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan dari konsumen. Demikian halnya dengan bentuk komunikasi lainnya, misalnya komunikasi dalam membangun kerjasama tim. Kita perlu saling memahami dan mengerti keberadaan orang lain dalam tim kita. Rasa empati akan menimbulkan respek atau penghargaan, dan rasa respek akan membangun kepercayaan yang merupakan unsur utama dalam membangun teamwork.

Jadi sebelum kita membangun komunikasi atau mengirimkan pesan, kita perlu mengerti dan memahami dengan empati calon penerima pesan kita. Sehingga nantinya pesan kita akan dapat tersampaikan tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima.

Empati bisa juga berarti kemampuan untuk mendengar dan bersikap perseptif atau siap menerima masukan ataupun umpan balik apapun dengan sikap yang positif. Banyak sekali dari kita yang tidak mau mendengarkan saran, masukan apalagi kritik dari orang lain. Padahal esensi dari komunikasi adalah aliran dua arah. Komunikasi satu arah tidak akan efektif manakala tidak ada umpan balik (feedback) yang merupakan arus balik dari penerima pesan. Oleh karena itu dalam kegiatan komunikasi pemasaran above the lines (mass media advertising) diperlukan kemampuan untuk mendengar dan menangkap umpan balik dari audiensi atau penerima pesan.


Hukum # 3: Audible

Makna dari audible antara lain: dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Jika empati berarti kita harus mendengar terlebih dahulu ataupun mampu menerima umpan balik dengan baik, maka audible berarti pesan yang kita sampaikan dapat diterima oleh penerima pesan. Hukum ini mengatakan bahwa pesan harus disampaikan melalui media atau delivery channel sedemikian hingga dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Hukum ini mengacu pada kemampuan kita untuk menggunakan berbagai media maupun perlengkapan atau alat bantu audio visual yang akan membantu kita agar pesan yang kita sampaikan dapat diterima dengan baik. Dalam komunikasi personal hal ini berarti bahwa pesan disampaikan dengan cara atau sikap yang dapat diterima oleh penerima pesan.


Hukum # 4: Clarity

Selain bahwa pesan harus dapat dimengerti dengan baik, maka hukum keempat yang terkait dengan itu adalah kejelasan dari pesan itu sendiri sehingga tidak menimbulkan multi interpretasi atau berbagai penafsiran yang berlainan. Ketika saya bekerja di Sekretariat Negara, hal ini merupakan hukum yang paling utama dalam menyiapkan korespondensi tingkat tinggi. Karena kesalahan penafsiran atau pesan yang dapat menimbulkan berbagai penafsiran akan menimbulkan dampak yang tidak sederhana.

Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Dalam berkomunikasi kita perlu mengembangkan sikap terbuka (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan), sehingga dapat menimbulkan rasa percaya (trust) dari penerima pesan atau anggota tim kita. Karena tanpa keterbukaan akan timbul sikap saling curiga dan pada gilirannya akan menurunkan semangat dan antusiasme kelompok atau tim kita.


Hukum # 5: Humble

Hukum kelima dalam membangun komunikasi yang efektif adalah sikap rendah hati. Sikap ini merupakan unsur yang terkait dengan hukum pertama untuk membangun rasa menghargai orang lain, biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang kita miliki. Dalam edisi Mandiri 32 Sikap Rendah Hati pernah kita bahas, yang pada intinya antara lain: sikap yang penuh melayani (dalam bahasa pemasaran Customer First Attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut dan penuh pengendalian diri, serta mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

Jika komunikasi yang kita bangun didasarkan pada lima hukum pokok komunikasi yang efektif ini, maka kita dapat menjadi seorang komunikator yang handal dan pada gilirannya dapat membangun jaringan hubungan dengan orang lain yang penuh dengan penghargaan (respect), karena inilah yang dapat membangun hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan dan saling menguatkan.


sumber:dari berbagai sumber internet